Journal Reviews

Paper Review : Kebutuhan Web Service Untuk Sinkronisasi Data Antar Sistem Informasi Dalam E-Gov di PEMKAB Bantul Yogyakarta

Zonanyaman - Pada tahun 2012 Pemkab Bantul sudah memiliki 28 aplikasi sistem informasi untuk membantu kinerja pemerintahan setempat. Selain itu ada 33 aplikasi yang terdapat pada website resmi Pemkab Bantul yaitu www.bantulkab.go.id. Namun saat itu semua aplikasi belum terintegrasi atau tersinkronisasi, sehingga peneliti pada jurnal ini yaitu Edhy Sutanta dan Khatib Mustofa mencoba mengungkap kondisi sistem informasi yang serta mengsinkronisasi data pada aplikasi dengan memanfaatkan model web services.

Pendahuluan

Sistem informasi pertama kali dikembangkan pada tahun 2001 yaitu SIM Pengolahan Gaji PNS. Aplikasi tersebut digunakan Pemkab Bantul untuk mengolah gaji para PNS di lingkungan Pemkab Bantul. Sedangkan website www.bantulkab.go.id baru dikembangkan sejak 2002. Peneliti menggunakan web service sebagai cara untuk pertukaran data antar aplikasi yang ada dan pengembangan e-government di wujudkan dalam bentuk aplikasi website. Isi dari jurnal ini berupa hasil review konseptual dari web service dan interoperabilitas antar sistem informasi, contoh implementasi web service sebagai solusi interoperabilitas yang nantinya memberikan gambaran pasti dalam praktek di lapangan, dan hasil analisa peneliti tentang kebutuhan layanan web service dalam sinkronisasi aplikasi-aplikasi yang ada.



"Interoperabilitas adalah kapabilitas dari suatu produk atau sistem -- yang antar mukanya diungkapkan sepenuhnya -- untuk berinteraksi dan berfungsi dengan produk atau sistem lain, kini atau di masa mendatang, tanpa batasan akses atau implementasi." [1]
Gambar 1. Derajat Interoperabilitas [1]
Web service hampir mirip dengan API (Application Programming Interface) yaitu sama-sama software yang dirancangn untuk mendukung interoperabilitas atau membuat interaksi mesin ke mesin atau interasi/pertukaran data antar aplikasi. Namun perbedaannya yaitu web service mampu di panggil atau diakses jarak jauh melalui internet dan bisa menggunakan bahasa pemrograman apapun serta bisa menggunakan platform apa pun, sedangkan API hanya bisa digunakan di beberapa platform tertentu. Sama halnya dengan RPC (Remote Procedure Call) yang bisa memproses fungsi-fungsi yang didefinisikan di aplikasi web dan mengekspos sebuah API atau UI (User Interface) melalui web.

Model web service sebelumnya telah banyak diterapkan, contoh XML web service pada sistem distribusi barang. Sistem tersebut dibuat dengan vendor terbuka PHP dan toolkit pendukungnya NuSOAP. Sistem tersebut berfungsi untuk integrasi dan interaksi/proses pertukaran data yang disimpan di database kantor pusat dan cabang-cabang.

Beberapa hal yang harus diketahui:
  1. Web service itu muncul dari empat model arsitektur (berdasarkan konsep hubungan dan penyampaian informasi) yaitu orientasi pada message, action, resource, dan policy.
  2. Orientasi pada action atau SOM (Service Oriented Model) menghasilkan model SOA (Service Oriented Architecture) yang berbasis layanan.
  3. Orientasi pada resource atau ROM (Resource Oriented Model) menghasilkan model ROA (Resource Oriented Architecture) yang berbasi sumber daya informasi.
  4. Sehingga akhirnya web service memiliki dua metode yaitu SOAP (Simple Object Access Protocol) dan REST (REpresentational State Transfer). Kedua-duanya berorientasi pada layanan dan sumber daya informasi.
  5. Contoh yang menerapkan model SOA yaitu Miscrosoft, Sun dan IBM dengan memakai  (komponen pendukung) platform infrastrukturnya .Net dan Java.
  6. SOAP memiliki 3 komponen utama dalam proses layanannya, yaitu service provider, service requester dan service broker.
  7. Komponen pendukung SOAP yaitu XML, SOAP-XML (ada header dan body), WSDL, dan UDDI.
  8. REST memiliki empat prinsip utama (yang mendasarinya), yaitu URI (resource indifier through Uniform Resource Identifier), Uniform interface (yaitu konsep CRUD menggunakan operasi Put, Get, Post, dan Delete), selft-descriptive messages (yaitu sumber daya yang tidak terikat sehingga mampu mengakses konten HTML, XML, PDF, JPEG, plain text, meta data, dan lainnya), dan stateful interactions through hyperlinks (yang bersifat stateless).
  9. Hasil eksekusi web service (seperti teks) dapat diolah dalam format teks (seperti XML atau HTML) menggunakan utilitas komunikasi data berupa koneksi socket protokol HTTP. utilitas ini sudah ada pada bahasa perograman seperti Java, Visual Basic, Delphi, PHP, ASP, dan JSP.
  10. Dalam  memodelkan web service ada dua hal penting yaitu permasalahan pada format data dan permasalahan pada mekanisme pertukaran data.
  11. Permasalahan format data diatasi dengan menggunakan format XML (format netral yang menjadi standar defacto pertukaran data antar sistem). Format XML ini bisa menjelaskan struktur dan makna dari data yang di XML tersebut, serta tidak hilang makna dari data ketika dokumen XML itu ditransfer.
  12. Permasalahan mekanisme pertukanan data di atasi menggunakan SOA. SOA termasuk skema yang masing-masing pihak/aplikasi tidak memiliki ketergantungan yang tinggi antar satu aplikasi dengan aplikasi lain (disebut loosely-coupled). Istilah lainnya adalah client-server, begitulah kerja dari SOA.
  13. SOA unggul dalam menjaga privasi, yaitu satu aplikasi induk bisa memberikan informasi kepada aplikasi lain. Namun informasi tersebut ada yang dibagikan secara publik (semua orang bisa lihat) dan ada juga private (hanya sebagian orang saja bisa lihat atau sebagian informasi saja boleh dilihat. Maksunya, ketika aplikasi A meminta data ke aplikasi B maka aplikasi B akan memberikan informasi tersebut namun untuk detail dari informasi tersebut tidak diberikan jika detail informasi tersebut bersifat private atau rahasia.

Contoh lainnya yaitu pembuatan sistem untuk menginputkan data dari formulir yang banyak, solusi dibuat dengan cara menjadikan dokumen bentuk Microsoft Word sebagai jembatan untuk mengisi data ke sistem web service. Sistem tersebut dibuat menggunakan SQL Server di web server dan bahasa pemrogramannya Visual Basic .Net 2005, sehingga integrasi terjadi pada aplikasi dekstop dan web melalui web service.

Contoh berikutnya yaitu, pembuatan aplikasi web service yang mampu mencari data di dua sistem pada satu universitas (sistem akademik dan sistem perpustakaan) dengan keluaran berupa informasi, fungsi dan tampilan sesuai yang dibutuhkan. Aplikasi lain seperti pengembangan aplikasi mobile untuk integrasi sistem pada agen penerbangan dan penyewaan kereta yang diperuntukan untuk calon tamu hotel serta nantinya digunakan oleh agen wisata.

SOA (Service Oriented Architecture), arsitektur ini juga sebuah konsep membangun software yang mampu berpartisipasi sebagai service dan berdiri sendiri. Web service lebih berkomunikasi antar aplikasi web service dalam ranka pertukaran data dan sebuah SOA tidak mesti ada web service, namun peneliti lain dalam jurnal ini juga mengatakan tidak masalah jika menggunakan web service pada SOA. Sedangkan SOAP dikatakan dapat digunakan sebagai teknologi untuk pengiriman pesan antar service.

Penerapan web service juga pernah dilakukan pada layanan pencarian data burung Tanaman Burung TMII. Aplikasi yang dibangun yaitu node Global Biodiversity Information Facility (GBIF), yang memberikan beberapa layanan seperti pencarian data semua jenis burung (allspeciesbird), mendapatkan scema dari macam-macam burung (getbirdschema), mendapatkan skema dari koleksi burung (getcollectionschema), mendapatkan daerah/wilayah (getwideregion), mendapatkan data burung berdasarkan kode (getbirdbycode), dan mendapatkan data burung berdasarkan nama (getbirdbyname).
Adapun langkah dari aplikasinya yaitu:

  1. Web service me-request data pada database server.
  2. Service akan merespon hasil permintaan.
  3. Web service tersebut menggunakan metode REST yang diterapkan dengan bahasa pemrograman PHP melalui komunikasi HTTP.
  4. Metode pengiriman data/penanganan web servive menggunakan metode GET melalui URL.
  5. URL akan di-parsing menggunakan arsitektur REST sehingga tercipta alamat URL yang universal.
  6. URL diuji coba melalui web browser, respon yang dihasilkan yaitu data format XML yang berasal dari database server.
  7. Selesai.

Aplikasi lain juga ada yaitu aplikasi data kendaraan di dealer, web service yang dibuat disini ialah mengirim data kendaraan di dealer ke pada aplikasi berbeda di kantor Samsat. Sehingga hasilnya ialah sebuah API dalam bentuk web service yang berada di dealer untuk mengola data kendaraan. dan aplikasi ini dibagun menggunakan.NET.

Seiring perkembangan aplikasi-aplikasi yang ada, saat ini telah dikembangkan sebuah model integrasi B2B berbasis SOA menggunakan layanan web service seperti e-shop yang mengintegrasikan website Amazon, eBay, Yahoo!, dan Paypal. Metode baru tersebut merupakan metode integrasi berbasis SOA yang dikembangkan dari metode SOAD dan mBPDM serta telah dilakukan uji coba. Selain itu juga telah diimplementasikan menjadi 16 proses bisnis, 18 web service, dan enam aplikasi komposit.

Pembahasan

Penelitian ini sebenarnya melakukan review-review terhadap penelitian yang sudah pernah dilakukan mengenai web service. Kemudian peneliti mencoba menganalisa dan membuat list kebutuhan web service antar sistem informasi dan sebagai studi kasusnya, diambil pada e-Gov di lingkungan Pemkab Bantul Yogyakarta.

Pelayanan melalui internet yang terdapat pada e-Gov dapat dibagi menjadi empat tingkatan yaitu:
  1. Penyedian informasi. Tahun 2020 secara garis besar e-Gov di Indonesia masih berada pada tahap atau jenis ini.
  2. Interaksi satu arah.
  3. Interaksi dua arah.
  4. Transaksi elektronik penuh.

Permasalahan pada e-Gov di Indonesia:
  1. Gagal karena alasan anggaran.
  2. Minimnya kebijakan.
  3. Minimnya kelembagaan.
  4. Minimnya perencanaan.
  5. Infrastruktur tidak memadai dan mahal, serta dianggap tidak memberikan manfaat yang optimal.
  6. Kegagalan akibat pandangan salah terhadap e-Gov atau tidak sesuai konsep yang benar.
  7. Sistem informasi yang dibangun terpisah-pisah sehingga bersifat heterogen. terpisah atau berbeda yang dimaksud meliputi perbedaan/terpisah dalam hal sistem operasi, database server, format dan struktur, database, bahasa pemrograman, dan antarmuka (ada berbasis desktop dan ada yang berbasis web).
  8. Komitmen pemerintah dalam integrasi dan transparansi publik.
  9. Belum ada budaya berbagi informasi.
  10. Belum ada budaya tertib dokumentasi.
  11. Resitensi terhadap perubahan.
  12. Kelangkaan SDM yang handal.
  13. Keterbatasan tempat akses.

Penyembab tidak optimalnya kinerja e-Gov:
  1. Master plan tidak punya kekuatan formal, hanya berupa kajian sehingga sulit diterapkan secara optiomal dan bukan suatu kewajiban di setiap unit-unit pemerintahan.
  2. Organisasi tidak mengambil keputusan kuat untuk integrasi arsitektur, pengelolahan portofolio dan eksekusi proyek TIK tahunan.
  3. Lemahnya koordinasi antar unit dalam rencana tahunan proyek TIK.

Resitensi terhadap perubahan bisa membuat implementasi e-Gov menjadi lambat, karena:
  1. Tingginya ego sektoral di masing-masing lembaga sehingga berkemungkinan tidak bisa saling kerja sama antar lembaga dan sulit untuk diatur.
  2. Masing-masing lembaga menganggap sistem informasi yang mereka miliki sudah paling bagus.
  3. Masing-masing lembaga memiliki konteks kepentingan yang berbeda-beda sehingga sulit untuk di integrasikan.
  4. Masing-masing lembaga memiliki keinginan kuat untuk menjadi pemimpin integrasi.
  5. Masing-masing lembaga enggan untuk saling berbagi data, informasi, dan pengetahuan dengan alasan dapat mengurangi keunggulaan kompetitif lembaga.
  6. Tidak tau harus dimulai dari mana kegiatan integrasinya.

Kebutuhan integrasi antar sistem informasi menjadi hal penting sehingga perlu di bangun dengan kriteria:
  1. Sistem informasi yang dibuat berasitektur terbuka sehingga mudah untuk di integrasikan.
  2. Mengutamakan penggunaan OSS, yaitu aplikasi yang bersipat open source.
  3. Masing-masing instansi menyediakan data yang dibutukan oleh instansi lainnya.
  4. Pembuatan kebijakan seperti PERDA sehingga memiliki legimasi yang kuat sehingga tidak dapat dirubah secara mudah dan cepat. Kebijakan yang sering berubah-ubah dapat mengacaukan sistem informasi, karena perubahan sistem informasi terus menerus sehingga banyak fungsi-fungsi sampah (yang tidak terpakai, dan perubahan alur proses bisnis) dan merusak arsitektur dari sistem informasi.

Dua cara untuk mengatasi permasalahan sistem informasi yang heterogen yaitu dengan menggunakan format tunggal dan interoperabilitas.

Cara format tunggal dilakukan dengan cara setiap sistem informasi yang dibuat nantinya harus menggunakan satu sistem operasi yang sama, satu database server, satu bahasa pemrograman, dan satu interkoneksi. Cara pertama ini bisa memudahkan dalam pengembangan sistem informasi selanjutnya, namun kelemahannnya yaitu adanya ketergantungan pada vendor tertentu, sehingga untuk itu bisa menggunakan cara kedua yaitu Interoperabilitas. Interoperablitas tidak mengharus ketergantungan dan format yang sama sehingga sistem informasi yang ada walaupun berbeda bisa dikembangkan dikemudian harinya.

Pemkab Bantul memiliki 25 sistem dan 3 sistem penyempurnaan yang dioperasikan dengan intranet dan 33 website untuk menampilkan informasi ke publik. Peneliti menganalisa ada 17 dari 25 sistem yang memerlukan layanan web service untuk sinkronisasi data antar aplikasi.

Kebutuhan layanan web service dimaksudkan agar proses transaksi yang terjadi di setiap sistem mengacu pada data master penduduk yang sama,  sehingga nilai-nilai item yang diolah menjadi konsisten di antara sistem yang ada. Beberapa hal temuan:
  1. Pada web service ada yang bertindak sebagai requester dan sistem yang lain sebagai provider.
  2. Sistem informasi layanan data KPDE membutuhkan 24 layanan web service untuk sinkronisasi data.
  3. SIM Kependudukan membutuhkan 16 layanan.
  4. SIM Monografi Online membutuhkan 14 layanan.
  5. SIM Kewilayahan membutuhkan 13 layanan.
  6. Sedangkan sistem lainnya membutuhkan sedikit layanan dari web service lainnya.

33 website yang saat ini ada secara online juga memerlukan web service yaitu 16 website dari 33 website membutuhkn sinkronisasi dengan data master penduduk.

Gambar 2. 14 Sistem Informasi yang memerlukan layanan web service.
Gambar 3. 17 website yang tersedia di lingkungan Pemkab Bantul

Sebagai contoh, SIM Monografi Online berhubungan dengan SIM Kependudukan, yaitu SIM Monografi Online memiliki tugas untuk menampilkan informasi data kependudukan berdasarkan kelompok tertentu (misal berdasarkan usia, pendidikan, agama, dan pekerjaan). Sehingga membutuhkan data dari SIM Kependudukan, maka dibuatlah aplikasi web service  dengan nama getMASTERsimk. SIM Monografi Online bertindak sebagai requester (client), sedangkan SIM Kependudukan bertindak sebagai provide (server) yang menyediakan layanan bagi SIM Monografi Online.

Gambar 4 Menunjukkan pemetaan layanan web service dalam proses pengambilan data dari suatu sistem ke sistem lain (dari e-Gov1 ke e-Gov2) secara umum.
Gambar 4. Pemetaan layanan web service dalam proses pengambilan data.
Sedangkan Gambar 5 menunjukkan model dari metode REST, pada contoh dibuat ada dua e-Gov yaitu e-Gov1 dan e-Gov2.
Gambar 5. Mekanisme pengambilan data dari e-Gov1 ke e-Gov2 dengan metode REST.
Aplikasi e-Gov1 memiliki fungsi remote untuk mengambil data (atribut) pada aplikasi tersebut. Fungsi remote ini ada dua tipe yaitu bisa mengambil data hanya satu saja dan bisa mengambil data lebih dari satu.
getAtributeGov2 : nama untuk fungsi mengambil hanya satu data/atribut.
getAtributesGov2 : nama untuk fungsi mengambil beberapa data/atribut. 
*pada gambar terdapat kesalahan penulisan yaitu getAtributeeGov2, seharusnya getAtributesGov2.

Rancangan umum dari model  web service antar apliksi e-Gov menggunakan metode REST yaitu sebagai berikut:
  1. Perancangan provider, perancangan dimulai dari penentuan fungsi sumber daya informasi publik (database, path dan modul), penentuan nama sumber daya informasi (berupa parameter URI, format inputan, format ouput, dan data input), dan pembuatan script program aplikasi web services sebagai RPC.
  2. Perancangan agen/broker, pembuatan aplikasi untuk layanan dari proses registrasi dan pencarian dalam database.
  3. Perancangan requester, membuat fungsi untuk melakukan requester.
* penjelasan detail rancangan dapat dilihat di jurnal.

Dapat disimpulkan bahwa web service dibangun atas 3 dasar yaitu provider, agent/broker, dan requester. Berkaitan dengan sistem yang ada di Pemkab Bantul Yogyakarta, peneliti mengajukan web service sebagai solusi dikarenakan kesamaan obyek data (entitas) dan kedekatan hubungan obyek data yang di olah dalam sistem informasi. Artinya web service diterapkan apabila antar sistem memang betul infomasi yang saling dibutuhkan itu sama atau ada, seperti sistem Perpustakan ada NIM dan Nama mahasiswa, sedangkan di sistem Akademik ada data NIM & Nama mahasiswa maka tentu ini bisa diintegrasikan karena sistem Perpustakan membutuhkan informasi dari sistem Akademik. Selain itu, sinkronisasi dilakukan untuk menghindari duplikat data atau pengulangan inputan data yang sama.

Peluang dari hasil penelitian:

  1. Perlu di kaji mengenai model integrasi baru yaitu B2B berbasi SOA dengan poinnya 16 proses bisnis, 18 web service, dan 6 aplikasi komposit. Apakah ketiga hal tersebut sudah bagus ? dan Apakah bisa dijadikan tolak ukur untuk mengaudit web service yang sudah ada? atau hasil dari ketiga hal tersebut perlu ditinjau lagi ? atau bisa menghasilkan suatu framework baru dalam membangun web service ?
  2. Pada penelitian ini masih membahas mengenai cara mengambil data dari sistem lain. misalkan e-Gov1 sebagai data induk (ada kode dan nama) dan e-Gov2 sebagai sistem sekunder. Apabila di saat e-Gov2 ingin melakukan perubahan data nama, apakah bisa data di e-Gov1 otomatis terubah/terupdate ? Contoh kasus lain, e-Gov1 adalah website pemerintah kabupaten yang menampilkan jumlah penduduk di wilayah tersebut dan e-Gov2 adalah sistem di kantor desa. Suatu ketika, ada seorang warga desa yang meninggal maka secara otomatis jumlah penduduk akan berkurang. Apakah ketika operator di kantor desa melakukan input kematian, website e-Gov1 akan otomatis berupa data jumlah penduduk yang ditampilkan di web tersebut? sedangkan kedua e-Gov tersebut berbeda baik secara sistem maupun secara fisik (keberadan sistem). Tentu hal ini perlu diteliti lagi dan dirancang fungsi nya karena berkaitan dengan kevalidan atau keaktualan suatu data di pemerintahan.
  3. Rancangan web service yang ada ini bisa dilakukan uji security, baik itu mengenai keamanan agar tidak ada kebocoran data (data diberikan kepada orang yang bukan berhak) atau kevalidan data ketika sampai ke penerima. Apakah data yang diterima sama dengan data yang dikirim atau sama dengan data yang di induk ?.
  4. Bagaimana kalau seandainya entitas yang ada di masing-masing sistem e-gov berbeda karena pada saat pembuatannya dibuat secara masing-masing (beda vendor), apakah bisa di integrasikan melalui web service atau ada metode lain ?
  5. Penelitian ini termasuk penelitian literatur review yaitu seorang peneliti membaca beberapa penelitian yang sudah ada (dalam satu bidang) kemudian menganalisa dan mengambil kesimpulan (mungkin menghasilkan framework baru atau menghasilkan kumpulan masalah yang sering dialami pada bidang tersebut atau menghasilkan suatu best practice. Anda juga bisa melakukan hal yang sama untuk bidang yang lain.

Jurnal:
Sutanta Edy, Mustofa Khabib, 2012, Kebutuhan Web Service Untuk Sinkronisasi Data Antar Sistem Informasi Dalam E-Gov di PEMKAB Bantul Yogyakarta, Jurnal TIK STMIK Bandung.
Link :
https://repository.ugm.ac.id/33043/
Referensi tambahan:
[1] http://interoperability-definition.info/id/

Tag : #Jurnal #Makalah #Paper #Review #Journal Reviews #Paper Review #Review Proceedings #PapRe1

About Unknown

1 komentar:

  1. Titanium trim hair cutter reviews by top notch pros
    titanium nail t-matters-haves-best-t babyliss pro nano titanium hair dryer › t-matters-haves-best-t Titanium trim grade 5 titanium hair cutter reviews. Titanium hair cutter. titanium properties Features. 1,034,700- square, and 2,869.2 grams of metal, titanium chain as well as one

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.